Hari Kebudayaan (文化の日 Bunka no hi) adalah hari libur resmi
di Jepang yang jatuh tanggal 3 November. Hari libur
ini menurut undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) bertujuan agar rakyat "mencintai
kebebasan dan perdamaian, serta memajukan kebudayaan."
Tanggal 3 November 1946 merupakan hari pengumuman konstitusi baru
Jepang yang mementingkan perdamaian dan kebudayaan, sehingga
undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 menetapkan
3 November sebagai Hari Kebudayaan. Tanggal 3 Mei 1947 yang
merupakan hari pertama pelaksanaan konstitusi Jepang dijadikan hari libur yang
disebut Hari Peringatan Konstitusi
Upacara penganugerahan Medali Kebudayaan dilangsungkan di istana kaisar (Kōkyo) pada Hari Kebudayaan. Selain itu, Kantor Kebudayaan mengadakan
festival kesenian yang dimeriahkan dengan pemberian hadiah untuk berbagai bidang kesenian.
Pengunjung sebagian museum pada hari
ini juga dibebaskan dari biaya masuk.
Hari Kedewasaan (成人の日 Seijin no hi) adalah hari libur resmi di Jepang yang jatuh hari Senin minggu kedua di bulan Januari. Menurut
undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō), hari libur ini dimaksudkan untuk "merayakan generasi muda yang bisa hidup mandiri, dan menyadari telah
menjadi dewasa."
Upacara Seijin shiki diadakan pemerintah lokal di kota-kota dan desa-desa
untuk meresmikan penduduk yang telah atau segera genap berusia 20 tahun, usia orang telah dianggap
dewasa menurut hukum untuk boleh merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengikuti pemilihan umum. Upacara kedewasaan setidaknya sudah dilakukan di Jepang untuk pangeran muda sejak 714 Masehi. Upara ini ditandai dengan pemakaian jubah baru
dan pergantian model rambut untuk menandai dimulainya usia kedewasaan. Sejak ditetapkannya Hari Kedewasaan di Jepang,
dari tahun 1948 hingga tahun 1999, perayaan ini selalu diadakan tanggal 15 Januari bertepatan dengan hari tahun baru kecil untuk meneruskan tradisi genbuku yang selalu diadakan pada hari yang sama. Pada tahun 2000, Hari Kedewasaan dipindah ke hari Senin minggu kedua
di bulan Januari sesuai Sistem Happy Monday yang memindahkan sebagian hari libur ke hari Senin agar
libur akhir pekan bertambah panjang.
Peserta upacara Seijin shiki adalah penduduk yang
sehari setelah Hari Kedewasaan tahun lalu hingga hari upacara berlangsung telah
genap berusia 20
tahun. Penduduk yang diundang untuk mengikuti upacara tahun 1960 misalnya, terdiri dari penduduk yang berulang tahun
ke-20 antara tanggal 16 Januari 1959 hingga 15 Januari 1960. Sebagian pemerintah lokal juga mengundang penduduk yang berulang tahun
ke-20 antara tanggal 2 April tahun yang lalu hingga 1 April tahun berjalan.
Upacara Kedewasaan (成人式 Seijin-shiki?) biasanya
diadakan pada pagi hari di balai kota setempat. Semua orang dewasa muda yang
telah berumur atau akan berumur 20 tahun antara tanggal 2 April tahun sebelumnya dan 1 April
tahun itu, serta berstatus penduduk (memiliki jūminhyō) diundang untuk menghadiri upacara. Pejabat kota memulai upacara
dengan pidato dan hadiah kecil diberikan kepada penduduk dewasa yang baru.
Wanita menghadiri upacara dengan mengenakan kimono
berlengan lebar yang disebut furisode dan alas kaki yang disebut zōri. Kesukaran dalam mengenakan
kimono sendirian tanpa dibantu orang lain menyebabkan para wanita muda memilih
untuk mengunjungisalon kecantikan untuk dipakaikan kimono dan dirias. Satu set
kimono formal berharga mahal, oleh karena itu sebagian wanita meminjam kimono dari saudara, toko
peminjaman baju, atau secara khusus minta kepada orang tua untuk membelikannya.
Pria mengenakan kimono formal berwarna gelap dan hakama. Meskipun demikian, pria sering juga mengenakan pakaian formal ala Barat berupa jas lengkap dengan dasinya. Setelah upacara, mereka merayakannya dengan berpesta, terutama minum
minuman beralkohol.
Hari Laut (海の日 Umi no hi) adalah salah
satu hari libur resmi di Jepang yang jatuh pada
hari Senin minggu ke-3
bulan Juli. Tanggal20 Juli dulunya
merupakan Hari Laut sebelum diubah dengan Sistem Happy Monday yang
memindahkan sebagian hari libur ke hari Senin. Kaisar Meiji tiba kembali di Pelabuhan Yokohama pada tanggal 20 Juli 1876 setelah melakukan perjalanan kerja ke daerah Tohokudengan menaiki kapal bertenaga uap "Meiji
Maru" yang biasa digunakan untuk inspeksi mercu suar dan bukan kapal angkatan laut. Peristiwa ini diperingati setiap tanggal
20 Juli sebagai Hari
Peringatan Kelautan (Umi no kinen-bi) berdasarkan usul Menteri Pos dan Telegram Murata Shōzō di bulan Juni 1941.
Hari Peringatan Kelautan diganti namanya menjadi Hari
Laut, dan ditetapkan sebagai hari libur sejak tahun 1996 berdasarkan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) yang direvisi sebagai hari untuk "berterima
kasih atas kemurahan laut dan mengharapkan kemakmuran Jepang sebagai negara
maritim."
Golden Week (ゴールデンウィーク?) atau Minggu Emas adalah periode di akhir bulan April hingga minggu pertama bulan Mei diJepang yang
memiliki serangkaian hari libur resmi. Periode Golden Week bergantung pada tahunnya, tapi dimulai
sekitar 29 April dan berakhir sekitar 5 Mei. Liburan dapat menjadi agak panjang
bila ditambah dengan hari terjepit dan akhir pekan.
Golden Week disingkat sebagai GW, dan sering disebut Ōgata renkyū (大型連休, liburan berturutan skala besar) atau Ōgon shūkan(黄金週間 minggu emas). Sejak tahun 2007, sepanjang periode Minggu Emas terdapat 4 hari libur:
Selain itu, perusahaan dan industri sering meliburkan diri pada
tanggal 1 Mei untuk
memperingati Hari Buruh (Rōdōsai), walaupun bukan merupakan hari libur resmi di Jepang.
Liburan Golden Week tahun 2008 menjadi lebih panjang sehari sesuai dengan
kebijakan tahun 2005 yang memindahkan hari libur yang jatuh di hari Minggu ke
hari Senin. Pada tahun 2008, Hari Hijau jatuh pada hari Minggu 4 Mei, sehingga dipindahkan ke
hari Selasa 6 Mei agar
tidak jatuh di hari Senin tanggal 5 Mei yang merupakan Hari Anak-anak. Golden
week merupakan salah satu masa tersibuk bagi jasa transportasi dan pariwisata, bersama-sama dengan liburan musim
panas, liburan Obon, dan Tahun Baru. Masa liburan digunakan untuk pulang ke daerah asal atau berwisata ke
dalam dan luar negeri. Harga tiketpesawat terbang, paket wisata, dan tarif hotel menjadi
lebih tinggi dari biasa. Kereta api danshinkansen dipenuhi dengan penumpang hingga sebagian harus
berdiri, dan jalan bebas hambatan menjadi macet.
Cuaca yang sejuk di sekitar Golden Week
dimanfaatkan untuk penyelenggaraan matsuri di
berbagai daerah di Jepang:
stilah Golden Week merupakan salah satu contoh kosakata bahasa Jepang yang
ditulis dan dibaca seperti bahasa Inggris tapi
merupakan istilah bahasa Jepang (wasei-eigo). Setelah pemerintah Jepang menetapkan undang-undang hari libur pada
tahun 1948,
gedung-gedung bioskop kebanjiran
penonton yang menghabiskan hari libur di akhir bulan April dan minggu pertama bulan Mei dengan
menonton film. Pada waktu itu siaran televisi belum ada
dan rakyat senang menghabiskan liburan dengan pergi menonton bioskop,
berbelanja di toko serba ada, atau bepergian ke tempat wisata yang dekat-dekat.
Matsuyama Hideo dari perusahaan film Daiei Motion Picture menyebut minggu liburan ini sebagai "minggu paling luar
biasa" bagi industri film di Jepang
dan menamakannya "Golden Week". Istilah ini secara luas dipakai di
kalangan pemilik gedung bioskop sebelum akhirnya dikenal masyarakat luas. Penjelasan lain mengatakan
istilah Golden Week dipinjam dari kalangan stasiun radio di Jepang yang menyebut jam siar dengan
pendengar terbanyak dengan istilah "Golden Time".
NHK dan beberapa surat kabar tidak
lagi menggunakan istilah Golden Week, melainkan Ōgata renkyū (liburan berturutan skala besar). Media massa mengemukakan berbagai macam alasan
untuk tidak menggunakan istilah Golden Week. Di antaranya, media massa enggan meminjam istilah dari dunia film,
penulisan dengan katakana yang memakan tempat, hingga pertimbangan
adanya pemirsa dan pembaca surat kabar yang tidak semua dapat berlibur panjang.
Hari Olahraga dan Kesehatan (体育の日 Taiiku no hi) adalah hari libur resmi di Jepang. Menurut undang-undang hari libur Jepang
(Shukujitsu-hō), hari ini digunakan untuk "menumbuhkan rasa cinta pada olahraga, membentuk jiwa dan raga yang sehat".
Pada mulanya, hari libur ini ditetapkan tanggal 10 Oktober untuk memperingati hari upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 1964, tapi diubah menjadi hari Senin minggu kedua di bulan Oktober sejak diberlakukan Sistem Happy Monday yang memindahkan sebagian hari libur ke hari Senin agar
libur akhir pekan bertambah
panjang. Di Hari
Olahraga dan Kesehatan, pemakai berbagai sarana olahraga bisa menggunakan
fasilitas secara gratis atau mendapat potongan harga. Di lingkungan sekolah
terdapat tradisi mengadakan pertandingan (Undō-kai) antarsiswa
yang dibagi menjadi dua
kubu (merah dan putih) atau empat kubu (utara, selatan, barat, timur).
Pertandingan yang dilakukan bisa beraneka macam, mulai dari lari, lari estafet, lari
menghindari rintangan, hingga perlombaan tarik tambang, memasukkan bola dari kain ke dalam keranjang, atau mendorong-dorong bola yang
berukuran sangat besar. Di kantor-kantor atau lingkungan tempat tinggal sering
diadakan perlombaan yang bisa membuat orang tertawa, seperti: lari untuk
memakan roti yang digantung
di atas tali, atau perlombaan mengambil permenyang ditutupi
lapisan tepung terigu dengan mulut. Olimpiade Tokyo 1964 adalah olimpiade musim panas yang diadakan lebih lambat dari kebiasaan. Bulan
Oktober sudah termasukmusim gugur di Jepang, dan tanggal 10 Oktober sengaja dipilih
sebagai hari pembukaan olimpiade karena pada hari itu kemungkinan besar (singularitas) cuaca cerah di wilayah Tokyo dan sekitarnya.
Hari pembukaan Olimpiade Tokyo 1964 mulai diperingati
sebagai Hari Olahraga
dan Kesehatan pada tanggal 10 Oktober 1966. Selama 34 tahun dari tahun 1966
hingga tahun 1999, hujan dengan curah hujan melebihi 1 ml hanya pernah turun sebanyak 5 kali di daerah Tokyo pada
tanggal 10 Oktober. Setelah dipindahkan ke hari Senin minggu kedua di bulan Oktober, Hari
Olahraga dan Kesehatan tidak lagi selalu cerah dan perlombaan menjadi sering
ditunda akibat hujan.
Hari Pekerja (勤労感謝の日 Kinrō kansha no
hi) adalah hari libur resmi di Jepang yang jatuh
tanggal 23 November. Hari libur
ini ditetapkan tahun 1948 dengan
undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) untuk
"menghormati buruh, merayakan produksi, dan saling mengungkapkan rasa
terima kasih." Sebelum Perang Dunia II, tanggal 23 November merupakan hari festival panen beras Niiname-sai atau Niiname no matsuri (新嘗祭, Festival Panen Shinto), hanya namanya saja yang diganti menjadi
"hari bersyukur kepada buruh" (Kinrō kansha no hi). Nama baru
untuk Niiname-sai disesuaikan dengan nama untuk Pesta Hari Bersyukur (Thanksgiving) di Amerika Serikat, sehingga dinamakanLabor Thanksgiving Day (hari bersyukur kepada buruh) yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Jepang menjadi Kinrō kansha no hi.
Sampai tahun 1872, Niiname-sai dirayakan pada hari kelinci ke-2 bulan ke-11 menurut kalender lunar. Setelah kalender Gregoriandigunakan di Jepang pada tahun 1873, Niiname-sai menurut kalender
Gregorian ternyata jatuh pada bulan Januari tahun berikutnya. Perayaan festival panen pada bulan Januari bisa
dianggap keanehan, sehingga Niiname-sai tetap dirayakan pada hari kelinci ke-2 di bulan November. Pada tahun 1873, hari kelinci ke-2 pada bulan November bertepatan
dengan tanggal 23 November sehingga pada tahun berikutnya (1874) ditetapkan untuk melangsungkan Niiname-sai setiap 23 November.
Hari Pembentukan Negara ditetapkan dengan revisi
undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1966 dan mulai berlaku sebagai hari libur resmi pada 11 Februari 1967. Berbeda
dengan hari libur resmi lain yang tanggalnya ditetapkan dengan undang-undang hari libur, tanggal Hari
Pembentukan Negara ditetapkan kemudian dengan Instruksi Kabinet No. 376 tahun
1966. Hari libur ini dulunya dirayakan sebagai Kigensetsu hingga menjelang Perang Dunia II. Sekitar tahun 1951 mulai ada usaha menghidupkan kembali Kigensetsu, tapi rancangan undang-undang yang diajukan sebanyak 9 kali sejak tahun 1957 gagal disahkanParlemen Jepang. Di bulan Juni 1966, Hari Pembentukan Negara akhirnya berhasil disahkan
sebagai hari libur
dengan syarat tanggalnya akan ditetapkan kemudian dengan Instruksi Kabinet.
Penentuan tanggal dilakukan Kantor Perdana Menteri Jepang dengan bantuan kalangan ilmuwan. Dari 10 orang yang hadir dalam
rapat, 7 orang sepakat dengan tanggal 11 Februari sebagai Hari Pembentukan
Negara. Hasil kesepakatan diajukan pada tanggal 8 Desember1966 dan keesokan harinya 9 Desember 1966 dijadikan Instruksi Kabinet.
Hari libur ini menurut undang-undang hari libur Jepang
(Shukujitsu-hō) digunakan untuk "mencintai orang lanjut
usia atas sumbangsih selama bertahun-tahun terhadap masyarakat, dan merayakan umur panjang."
Hari Penghormatan Orang Usia Lanjut berasal dari ide
seorang kepala desa bernama Kadowaki Masao dari Distrik Taka, Prefektur Hyogo (sekarang kota Taka) yang mengusulkan "Hari Orang Tua" (Toshiyori no hi). Di desa yang dipimpinnya tanggal 15 September
sebagai hari untuk menghormati orang lanjut usia pada 15 September dan
kebetulan di pertengahan bulan September merupakan masa sepi dari pekerjaan bertani. Sejak tahun 1950, acara ini meluas ke seluruh Prefektur Hyogo dan
selanjutnya dijadikan hari peringatan secara nasional.
Pada tahun 1964, Hari Orang Tua (Toshiyori no hi) diganti namanya menjadi Hari Orang Lanjut Usia (Rōjin no hi) karena istilah "toshiyori" (orang
tua) dirasa kurang sopan. Pada tahun 1966, Hari Orang Lanjut Usia dijadikan hari libur setelah
berubah nama menjadi Hari Penghormatan Orang Lanjut Usia (Keirō no hi).
Jumlah orang Jepang yang berusia 100 tahun bertambah sebanyak 2.516 orang
dibandingkan tahun 2004. Dari 25.554
orang yang berusia di atas 100 tahun, 21.775 adalah perempuan (bertambah 2.260
orang), sedangkan laki-laki sebanyak 3,779 orang (kenaikan sebanyak 256 orang). Berdasarkan
perhitungan statistik, dari total 100.000 penduduk Jepang terdapat 20,05 orang
yang berusia di atas 100 tahun.
Hari Ulang Tahun Kaisar (天皇誕生日 Tennō tanjōbi) adalah salah satu hari libur resmi diJepang untuk merayakan hari ulang tahun Kaisar Jepang yang
sedang bertahta. Kaisar Jepang yang sekarang berulang tahun tanggal 23 Desember. Masyarakat umum diberi
kesempatan untuk melihat keluarga kekaisaran dari halaman istana kaisar (Kokyo). Hingga berakhirnya Perang Dunia II, perayaan
ulang tahun kaisar disebut Tenchōsetsu.
Hari ulang tahun kaisar dirayakan secara nasional
untuk pertama kali pada tahun pertamazaman Meiji (hari 22 bulan 9 tahun 1868 kalender lunisolar) sebagai Tenchōsetsu. Setelah Jepang mulai menggunakan kalender Gregorian pada tahun 1873, Tenchōsetsu dirayakan tanggal 3 November. Hari
perayaan Tenchōsetsu selanjutnya ditetapkan dengan mengikuti hari
ulang tahun kaisar yang sedang bertahta. Setelah Perang Dunia II, hari Tenchōsetsudiubah namanya sebagai Tennō tanjōbi (Hari Ulang Tahun Kaisar) dan dijadikan hari
libur nasional hingga
sekarang. Hari Ulang Tahun Permaisuri Kaisar disebut Chikyūsetsu (地久節 dan tidak pernah dijadikan hari libur
nasional.
Daftar Hari
Ulang Tahun Kaisar
|
Zaman
|
Nama Kaisar
|
Tahun
|
Tanggal
|
|
|
|
Hari 22 bulan 9 kalender lunisolar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kaisar Taishō
berulang tahun tanggal 31 Agustus dan selalu dirayakan sebagai Tenchōsetsu hingga tahun 1913, tapi tanggal 31 Agustus selalu merupakan saat
terpanas dalam setahun di Jepang dan menyulitkan berbagai kegiatan perayaan. Pada
tahun 1914, perayaan
ulang tahun kaisar ditunda selama dua bulan, dan perayaan hari Tenchōsetsu diubah menjadi tanggal 31 Oktober.
Hari Shōwa (昭和の日 Shōwa no hi) adalah salah
satu hari libur resmi di Jepang yang jatuh tanggal 29 April dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Shōwa. Hari libur ini ditetapkan pada tahun 2005 untuk menggantikan tanggal 29 April yang hingga tahun 2006disebut Hari Hijau (Midori no hi), sedangkan Hari Hijau dipindahkan ke tanggal 4 Mei yang dulunya merupakan Hari Libur Nasional (Kokumin no kyūjitsu).
Hari Shōwa menurut hasil revisi undang-undang hari
libur Jepang (Shukujitsu-hō) digunakan untuk "memikirkan masa depan
negara dengan mengenang lewatnya hari-hari penuh pergolakan, dan tercapainya
pembangunan kembali di zaman Shōwa." Hari libur ini mengundang kontroversi dan merupakan salah satu
dari serangkaian hari libur di akhir bulan April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas). Setelah Kaisar Shōwa tutup usia pada tanggal 7 Januari 1989 perlu diadakan revisi pada undang-undang hari libur
Jepang yang menetapkan 29 April sebagai Hari Ulang Tahun Kaisar. Usaha berbagai organisasi mulai terlihat untuk
menjadikan 29 April sebagai "Hari Peringatan Shōwa" (昭和記念日 Shōwa kinen-bi), tapi gagal
akibat ditentang masyarakat Jepang. Sebagai gantinya, tanggal 29 April
ditetapkan sebagai Hari Hijau yang secara tidak langsung mengingatkan pada Kaisar
Shōwa yang suka menanam
pepohonan.
Berbagai organisasi yang menggalang kekuatan untuk
mewujudkan Hari Shōwa akhirnya mendapat dukungan faksi dalam Parlemen Jepang. Setelah diajukan ketiga kalinya dalam masa sidang ke-159 tahun 2004, rancangan undang-undang Hari Shōwa disahkan dalam
masa sidang Parlemen Jepang ke-162 tahun 2005 dan mulai berlaku tahun 2007.
Menurut undang-undang hari libur hasil revisi, tanggal 29 April ditetapkan sebagai Hari Shōwa, sedangkan Hari Hijau dipindahkan ke
tanggal 4 Mei untuk menggantikan Hari Libur Nasional (Kokumin no
kyūjitsu). Selain itu,
undang-undang juga berisi pasal pemindahan hari libur yang jatuh di hari Minggu ke hari Senin yang disebut
"Hari Libur Pemindahan" (Furikae kyūjitsu). Bila hari Senin sudah merupakan hari libur resmi, maka hari libur
dipindahkan ke hari Selasa agar tidak ada dua hari libur yang bertumpuk.
Hari Hijau (みどりの日 Midori no hi) adalah salah
satu hari libur resmi di Jepang yang jatuh tanggal 4 Mei. Hari libur
ini merupakan salah satu dari serangkaian hari libur di akhir April dan awal
Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas) di Jepang.
Hari Hijau menurut undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) digunakan untuk "mengenal alam, berterima
kasih atas kemurahan
alam, dan memperkaya hati nurani." Di hari libur ini, pengunjung semua taman nasional dan taman yang dikelola pemerintah daerah dibebaskan dari biaya masuk
berdasarkan keputusan
Rapat Kabinet tanggal 8 Agustus 2006.
Dari tahun 1989 hingga 2006, tanggal 29
April diperingati sebagai Hari Hijau, tapi sejak tahun 2007 ditetapkan sebagai Hari Shōwaberdasarkan revisi undang-undang hari libur yang disahkan Parlemen Jepang pada 13 Mei 2005. Sebelum
diubah menjadi Hari Hijau, 4 Mei merupakan Hari Libur Rakyat (Kokumin no kyūjitsu) yang ditetapkan pemerintah karena tanggal tersebut terjepit di antara
dua hari libur.
Hari libur ini ditetapkan tahun 1948 dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 untuk "memuliakan nenek moyang, mengenang orang yang
sudah meninggal," sedangkan penentuan tanggal berdasarkan hari ekuinoks
musim gugur menurutwaktu Jepang.
Hari ekuonis musim gugur:
§ 2008 23 September
§ 2009 23 September
§ 2010 23 September
§ 2011 23 September
§ 2012 22 September
§ 2013 23 September
§ 2014 23 September
§ 2015 23 September
§ 2016 22 September
§ 2017 23 September
Perubahan hari ekuinoks musim gugur bisa terjadi sebelum dan sesudah tahun kabisat. Rapat kabinet untuk menentukan tanggal ekuinoks musim gugur tahun
berjalan sudah diadakan tanggal 1 Februari tahun sebelumnya. Penentuan tanggal ekuinoks musim
gugur didasarkan tabel almanak (Rekishō Nempyō) yang merupakan pamflet terbitan Badan Observasi Astronomi Nasional Jepang. Hasil rapat diumumkan dalam lembaran negara yang disebut Kampō.
Sesuai perhitungan astronomi, hari ekuinoks musim gugur
selalu jatuh tanggal 23 September hingga tahun 2011. Di antara tahun 2012hingga tahun 2044, hari ekuinoks musim gugur juga selalu jatuh tanggal 23 September
sedangkan pada tahun kabisat jatuh tanggal 22 September. Sampai tahun
1947, hari libur ini disebut Shūki kōrei-sai (秋季皇霊祭, perayaan musim gugur arwah leluhur keluarga
kekaisaran). Bagi berbagai aliran agama Buddha di Jepang, hari ekuinoks musim gugur
merupakan saat memulai upacara Shūki Higan-e (Higan musim
gugur) yang berlangsung seminggu untuk mendoakan arwah leluhur. Kata
"Higan" secara harafiah berarti "pantai seberang" untuk
membedakannya dengan "pantai sebelah sini" (alam dunia). Periode Higan terjadi dua kali dalam
setahun di musim semi danmusim gugur yang merupakan
saat membersihkan makam dan
mempersembahkan kue ohagi (sebutan di
musim gugur untuk kuebotamochi) di altar
keluarga.
Tahun yang angkanya habis dibagi 4:
1900 24
September
1904 - 2008 23 September
2012 - 2096 22 September
Tahun yang angkanya
dibagi 4 sisa 1: 1901 - 1917 24 September 1921 - 2041 23 September 2045 - 2097 22 SeptemberTahun yang angkanya
dibagi 4 sisa 2: 1902 - 1946 24 September 1950 - 2074 23 September 2078 - 2098 22 SeptemberTahun yang angkanya
dibagi 4 sisa 3: 1903 - 1979 24 September 1983 - 2099 23 September
Hari ekuonis musim semi:
§ 2008 20 Maret
§ 2009 20 Maret
§ 2010 21 Maret
§ 2011 21 Maret
§ 2012 20 Maret
§ 2013 20 Maret
§ 2014 21 Maret
§ 2015 21 Maret
§ 2016 20 Maret
§ 2017 20 Maret
Bagi berbagai aliran agama Buddha di Jepang, hari ekuinoks musim semi merupakan saat memulai upacara Shunki Higan-e (higanmusim semi) yang berlangsung seminggu untuk
mendoakan arwah leluhur. Kata "higan" secara
harafiah berarti "pantai seberang" untuk membedakannya dengan
"pantai sebelah sini" (alam dunia). Periode higan terjadi dua kali dalam setahun di musim semi dan musim gugur yang merupakan saat membersihkan makam dan mempersembahkan kue botamochi di altar keluarga. Sampai tahun 1947, hari libur ini disebut Shunki kōrei-sai (春季皇霊祭?, perayaan
musim semi arwah leluhur keluarga kekaisaran).
Perhitungan sederhana ekuinoks musim semi
1900-2099
Tahun yang angkanya habis dibagi 4:
1900 - 1956 21 Maret
1960 - 2088 20 Maret
2092 - 2096 19 Maret
- Tahun yang angkanya
dibagi 4 sisa 1: 1901 - 1989 21 Maret 1993 - 2097 20 MaretTahun yang angkanya
dibagi 4 sisa 2: 1902 - 2022 21 Maret 2026 - 2098 20 MaretTahun yang angkanya
dibagi 4 sisa 3: 1903 - 1923 22 Maret 1927 - 2055 21 Maret 2059 - 2099 20 Maret
Hari Anak-anak (こどもの日 Kodomo no hi) adalah salah
satu hari libur resmi di Jepangyang jatuh
tanggal 5 Mei. Hari libur
ini merupakan serangkaian hari libur di akhir April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas) di Jepang.
Hari Anak-anak diperingati sejak tahun 1948 dan ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) untuk "menghormati kepribadian anak, merencanakan kebahagiaan anak
sambil berterima kasih kepada ibu."
Hari Anak-anak dulunya disebut Hari Anak Laki-laki,
sehingga hari libur ini pada prakteknya diwarnai tradisi untuk anak laki-laki. Perayaan khusus untuk anak perempuan disebut Hina Matsuri dan dirayakan pada 3 Maret yang bukan hari libur.
Tradisi kuno Tiongkok mengenal perayaan yang berkaitan
dengan musim yang disebut di Jepang sebagai sekku. Sejak zaman dulu, bulan ke-5 kalender Tionghoa diisi dengan kegiatan
mengusir roh-roh jahat. Tanggal 5 bulan 5 dikenal sebagai Tango no sekku (端午の節句) (Duanwu) dan merupakan
hari untuk merayakan kesehatan dan pertumbuhan anak laki-laki.
Selama perayaan Hari Anak-anak, di rumah keluarga yang
memiliki anak laki-laki terdapat tradisi memajang replika yoroi (pakaian ksatria zaman dulu) dan kabuto (helm samurai). Keluarga
yang memiliki anak laki-laki juga memasang koinobori (bendera berbentuk ikan mas). Pada bendera ikan mas yang paling besar digambarkan
anak laki-laki super kuatKintarō sedang menunggang ikan emas. Kabuto, Yoroi, dan tokoh Kintarō digunakan sebagai simbol harapan
anak laki-laki yang sehat dan kuat. Kue yang dimakan selama perayaan adalah kue chimaki dan kashiwamochi.
Nama lain untuk ōmisoka adalah ōtsugomori (大つごもり) yang berasal
dari kata tsukigomori (月隠り) yang berarti bersembunyinya bulan. Pada kalender
lama Jepang, hari terakhir setiap bulan disebut misoka (晦日. Di antara misoka dalam setahun,
hari terakhir pada bulan 12 atau bulan kabisat 12 disebut ōmisoka (misoka besar). Misoka berasal dari
kata miso (三十, tiga puluh), misoka berarti hari ke-30.
Berhubung adanya periode bulan panjang dan periode bulan pendek, ada kalanya
misoka zaman dulu jatuh pada tanggal 29. Sejak dipakainya kalender Gregorian di Jepang,
ōmisoka selalu dirayakan pada tanggal 31 Desember.
Toshikoshi soba
Malam pergantian tahun merupakan saat makan toshikoshi soba (soba kuah melewatkan tahun) bersama
keluarga. Mi soba
yang halus dan panjang merupakan simbolisme dari harapan hidup sehat, damai, dan panjang umur. Soba dipercaya sebagai makanan sehat karena dibuat dari tepung gandum kuda yang dikenal sebagai tanaman tahan cuaca
buruk. Tanaman gandum kuda kembali tumbuh sehat meskipun telah diterpa hujan dan anginkencang.
Pedagang pada zaman Edo, pada hari
terakhir setiap bulannya selalu sibuk hingga larut malam. Mereka biasanya makan soba kuah untuk
makan malam. Pengrajin lembaran emasmemiliki kebiasaan mengumpulkan serpihan-serpihan emas
memakai gumpalan adonan mi soba. Oleh karena itu, makan soba dipercaya dapat
mengumpulkan uang. Soba yang mudah putus merupakan simbolisme utang yang mudah dibayar dan beban yang mudah terlepas
pada tahun yang baru.
Genta tahun baru
Pemukulan genta sebanyak 108 kali di kuil-kuil
Buddha menjelang pergantian tahun disebut joya no kane (除夜の鐘 genta tahun baru). Seratus delapan melambangkan:
1.
Jumlah nafsu.
Manusia memiliki enam indra: mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung
(penciuman), lidah (pencicip), kulit (peraba), pikiran (otak)yang masing-masing dapat merasakan senang, menyakitkan, dan netral
(3×6= 18). Setiap nafsu dibagi menjadi dua jenis, bersih dan kotor sehingga
semuanya menjadi 36.
Masing-masing dari 36 nafsu dapat terjadi pada masa lalu, masa depan, atau masa
kini, sehingga keseluruhannya ada 108 nafsu.
3.
Penderitaan
besar (shiku-hakku) yang bila diucapkan berbunyi seperti angka 4, 9
dan 8, 9. Bila dikalikan dan ditambah jumlahnya menjadi 108 (4x9 + 8x9).
Hatsumode
Setelah pergantian tahun, orang Jepang
mengunjungi kuil Shinto dan kuil Buddha untuk
melakukan hatsumōde. Ada pula
tradisininenmairi (二年参り kunjungan dua tahun), yakni berkunjung ke kuil pada malam tahun baru,
kembali ke rumah, dan selepas pergantian tahun kembali lagi ke kuil.
Ucapan selamat
Ucapan perpisahan menjelang tahun baru adalah
"Yoi o-toshi o" (良いお年を Semoga menjadi tahun yang baik untuk Anda) atau Yoi o-toshi o
omukae kudasai bila diucapkan secara formal.
Setelah tiba tanggal 1 Januari, ucapan selamat
tahun baru secara formal adalah Akemashite omedetō gozaimasu (Selamat Tahun Baru), yang dapat diteruskan dengan kalimat Honnen mo dōzo yoroshiku onegaishimasu (Tahun ini juga saya mengharapkan kebaikan
Anda).
Acara televisi
Acara spesial malam tahun baru di televisi Jepang
di antaranya:
Jizōbon (地蔵盆) adalah
peringatan untuk Jizō Bosatsu (Ksitigarbha Bodhisattva) yang diadakan setiap bulan di Jepang pada ennichi untuk Jizō Bosatsu setiap tanggal 24, atau perayaan
Jizō Bosatsu yang dilangsungkan tanggal 24 bulan 7 kalender lama pada masaObon, dan berlangsung selama tiga hari sejak malam sebelum
ennichi. Dalam agama Buddha, Jizō Bosatsu dipercaya sebagai dewa pelindung anak-anak dari setan yang datang dari neraka. Sejak zaman kuno,
perayaan ini dipercaya dapat melindungi anak-anak dari wabah penyakit.
Perayaan biasanya dilakukan sekitar 23 Agustus dan 24 Agustus. Meskipun demikian, Jizōbon dapat saja dilangsungkan
beberapa hari sesudah atau sebelum tanggal 24 bergantung kesiapan orang tua, sehingga sering dilakukan
pada hari Sabtu.
Selain perayaan tanggal 24 bulan 7 kalender lama,
perayaan Jizō yang dilakukan setiap bulannya pada tanggal 24 disebut Jizō-e (upacara Jizō). Perayaan Jizō Bosatsu tanggal 24 bulan 7 kalender lama masih
dalam rangka perayaan Obon sehingga disebut Jizōbon. Jizōbon umumnya tidak
merayakan Jizō Bosatsu yang berada di dalam kuil Buddha, melainkan untuk Jizō Bosatsu di sudut-sudut jalan
yang dipercaya sebagai dewa jalan (dōsojin) pelindung
para pelancong dan penyelamat anak-anak dari setan neraka.
Jizōbon adalah festival yang ditujukan kepada
anak-anak, dan dimeriahkan dengan pembagian kantong berisi permen dan makanan ringan, acara permainan, atau penarikan undian. Perayaan dilakukan di kuil kecil
berisi rupang batu Jizō yang diberi persembahan bunga dan permen. Ada pula
perayaan yang disertai dengan Bon Odori. Bagi anak-anak, perayaan Jizōbon adalah acara terakhir bagi mereka sebelum
berakhirnya libur musim panas pada akhir Agustus.
Sejak Siddharta Gautama masuk nirwana hingga kedatangan maitreya di dunia, Jizō Bosatsu (Ksitigarbha) hadir untuk menyelamatkan semua makhluk dalam enam alam kehidupan: alam naraka (jigoku-dō), alam preta (gaki-dō), alam binatang (chikusho-dō), alam asura(shura-dō), alam manusia
(ningen-do), dan alam dewa (ten-dō). Setelah zaman Heian, kepercayaan tentang Jizō semakin meluas setelah
mengalami sinkretisme dengan Amitabha. Jizō Bosatsu
dipercaya sebagai dewa jalan (dōsojin) pelindung para pelancong dan dewa pelindung yang menyelamatkan anak-anak
dari setan neraka. Anak-anak yang meninggal dunia mendahului orang tua
dipercaya akan ditolong Jizō Bosatsu di Sungai
Sanzu. Oleh karena itu,
anak-anak berdoa untuk memohon perlindungan di depan rupang Jizō. Di depan
rupang Jizō, biksu juga membacakan sutra yang dimaksudkan untuk menolong semua anak-anak.
Setiap bulannya pada hari peringatan Jizō Bosatsu,
rupang Jizō Bosatsu di permukiman penduduk dimandikan oleh penduduk setempat.
Jizō Bosatsu mendapat penggantian celemek dengan celemek baru yang bersih. Hiasan bunga diganti
dengan baru danlampion (lentera kertas) dipasang, serta diberi persembahan
makanan dan minuman.
Sepanjang dua hari perayaan, lampion-lampion dipasang
di jalan-jalan menuju tempat perayaan. Di Kyoto, para orang
tua yang baru saja memiliki bayi, memiliki tradisi menyumbangkan lampion
bertuliskan nama bayi yang baru dilahirkan. Lampion untuk bayi perempuan
berwarna merah, dan lampion berwarna biru untuk bayi laki-laki. Hingga anak tersebut ikut dalam
perayaan Jizōbon, setiap tahunnya lampion tersebut harus dipasang.
Di daerah Kansai terdapat upacara juzu mawashi (memutar juzu). Anak-anak dari permukiman setempat duduk melingkar
memegang untaian panjang
butir manik-manik berukuran besar (diameter juzu sekitar 2-3 meter) untuk
dioperkan ke anak yangduduk di sebelahnya bersamaan dengan sutra yang dibacakan biksu. Anak-anak
di Kobe memiliki tradisi berziarah ke berbagai rupang Jizō di
sekitar tempat tinggal mereka. Mereka mendapatkan hadiah makanan ringan sebagai
ucapan selamat datang
dari penduduk yang tinggal berdekatan dengan rupang Jizō tersebut.
Ennichi (縁日?) adalah hari-hari peringatan atau hari-hari
istimewa di Jepang yang ada
hubungannya dengan agama Buddha atauShinto, misalnya hari kelahiran dewa atau kami, hari penampakan, atau hari permohonan. Perayaan
dan upacara pada ennichidipercaya mendatangkan berkah istimewa
dibandingkan hari-hari lain. Pengunjung kuil yang berdoa dipercaya mendapat pertolongan melebihi
hari-hari lain karena hari tersebut dipercaya memiliki pertalian (en) khusus dengan dewa atau kami.
Hari-hari peringatan yang utama adalah hari-hari
awal tahun yang semuanya diawali dengan kata hatsu, misalnya
Hatsutenjin (25 Januari), Hatsukannon (18 Januari), Hatsufudō (28 Januari). Hari peringatan yang berhubungan dengan siklus enam puluh tahunan, misalnya Hatsuuma (初午?) (hari Sapi pertama bulan Februari) dan
Hatsumi (初巳?) (hari Ular pertama awal tahun). Pada akhir
tahun,ennichi diawali dengan kata osame (akhir) atau shimai (habis).
Para pedagang mengantisipasi
kedatangan pengunjung kuil dengan membuka kios makanan, minuman, dan permainan
di sekitar kuil. Orang-orang yang tidak bermaksud datang ke kuil untuk berdoa dapat ikut
berkumpul menikmati jajanan dan suasana keramaian.
§ Suitengū: setiap bulan tanggal 5 (di beberapa tempat:
setiap bulan tanggal
1, 5, dan 15)
§ Enma: setiap bulan tanggal 16
§ Bishamonten: Hari Harimau pertama bulan Januari, Mei, dan
September
Bōnenkai (忘年会?) adalah pesta akhir tahun di Jepang yang diadakan untuk melupakan semua kesukaran dan kerja
keras pada tahun itu. Pesta ini sama sekali tidak memiliki makna religiusdan tidak memiliki standar tata cara pelaksanaan, namun sudah menjadi
salah satu tradisi khas Jepang
Acara serupa bōnenkai juga terdapat dalam kebudayaan Asia Timur seperti di Taiwan, Republik
Rakyat Cina, dan Korea Selatan. Berbeda dari pesta perayaan Natal dalam kebudayaan Barat, bōnenkai adalah acara yang sama sekali tidak
berhubungan dengan agama. Dalam bahasa Inggris pesta ini kadang-kadang diterjemahkan sebagai Year End Party, Forget Year
Party, atau tidak diterjemahkan
sama sekali dan tetap ditulis sebagai Bounenkai. Pesta ini dapat dikatakan sudah menjadi tradisi unik Jepang.
Tidak ada ketentuan khusus tentang waktu dan tempat
pesta ini dilangsungkan, tapi biasanya dilangsungkan pada bulan Desember. Bōnenkai dapat saja dilangsungkan sebagai bentuk
pesta tutup tahun
sebuah perusahaan hingga pesta kumpul-kumpul akhir tahun antarteman atau
antarsanak keluarga.
Asal mula tradisi bōnenkai tidak diketahui secara
jelas, namun diperkirakan berasal dari berbagai jenis acara kumpul-kumpul yang
dilakukan pada akhir
tahun oleh berbagai kelompok dan kalangan.
Kata toshiwasure (melupakan tahun) pertama kali dipakai oleh Pangeran Fushiminomiya
Sadafusa asal zaman Muromachi dalam buku harian berjudul Kanmon
Nikki. Pada entri
tanggal 21 bulan 12 tahun 1439, ia menulis tentang pesta para pujangga renka yang begitu meriah sehingga bagaikan acara
kumpul-kumpul melupakan tahun. Oleh karena itu diperkirakan, istilah toshiwasure sudah dikenal sejak masa itu sebagai pesta minum sake dan menari-nari.
Pada zaman Edo, pesta akhir tahun dikenal oleh kalangan samurai yang mengadakannya untuk melupakan kepenatan pada tahun
itu.
Sejak zaman Meiji, bōnenkai berubah menjadi layaknya sebuah matsuri. Dalam acara bōnenkai juga dikenal istilah bureikō (無礼講?). Bila atasan memerintahkan bureikō, maka karyawan yang sehari-harinya harus hormat atasan diizinkan untuk santai dan
bertingkah laku semaunya.
Perusahaan yang ingin mengadakan bōnenkai biasanya
sudah memperhitungkan banyak hal sebelum merencanakan pesta tersebut. Salah
satu di antaranya adalah memastikan semua karyawan dan pihak manajemen mau menghadiri
pesta. Pihak perusahaan juga mencoba menekan biaya bōnenkai agar tidak melebihi
5.000 yen per orang, sehingga tidak ada karyawan yang tidak datang karena
terlalu mahal.
Hadaka matsuri (裸祭り Indonesia:festival
telanjang?) adalah sebutan untuk berbagaimatsuri di Jepang dengan peserta sejumlah ujiko laki-laki dewasa yang berpakaian sangat minim. Peserta
umumnya mengenakan fundoshi (cawat khas Jepang). Namun, kadangkala baju happi juga dikenakan, dan jarang sekali tampil
tanpa busana. Ciri khas ritual adalah saling dorong-mendorong antarkelompok
peserta.
Walaupun tidak memakai nama hadaka matsuri, di Jepang terdapat sejumlah matsuri yang kegiatannya mirip dengan
hadaka matsuri. Hadaka matsuri yang dikenal luas di Jepang misalnya:
Hadaka matsuri diadakan untuk mendoakan hasil
panen yang melimpah di musim panen yang akan datang. Ketika belum diciptakannya
mesin-mesin pertanian, orang Jepang
zaman dulu hanya mengandalkan tenaga manusia untuk bercocok tanam. Matsuri ini
dipakai untuk mempertunjukkan kesehatan laki-laki untuk bekerja di lahan pertanian,
dan sekaligus dimanfaatkan penontonwanita untuk
mencari pasangan hidup. Hadaka matsuri tidak dianggap vulgar karena diselenggarakan untuk
tujuan ritual. Setiap
tahunnya, berbagai hadaka matsuri diadakan di berbagai tempat di seluruh
Jepang, terutama pada musim panas dan musim dingin.
Festival
Kembang Api Sumidagawa (隅田川花火大会 Sumidagawa
Hanabi Taikai?)adalah festival kembang api di tepian Sungai Sumida (sekitar Asakusa, Mukōjima), Tokyo,Jepang. Festival
kembang api ini diselenggarakan setahun sekali setiap Sabtu minggu terakhir
bulan Juli. Bersama Tokyo Bay Grand Fireworks Festival dan Festival Kembang Api Jingū Gaien, festival ini
termasuk ke dalam tiga pesta kembang api terbesar di Tokyo. Festival kembang api ini pertama kali diselenggarakan
pada 9 Juli 1733 (kalender lama) sebagai festival sungai Ryōgoku (Ryōgoku Kawabiraki) pada masa pemerintahan ShogunTokugawa Yoshimune dari Keshogunan Edo. Festival tersebut sekaligus diadakan sebagai Festival Suijin untuk mendoakan
penduduk yang meninggal akibat epidemi kolera dankelaparan besar tahun 1732.[1] Ryōgoku adalah nama untuk kawasan tepian Sungai
Sumidagawa sekarang. Pada waktu itu pesta kembang api ini masih berskala kecil. Kembang api
yang diluncurkan hanya sekitar 20 buah. Pelaksana peluncuran kembang api waktu
itu adalah pabrik kembang api Kagiya (鍵屋?). Percabangan keluarga Kagiya yang memakai nama Tamaya (玉屋?) mendirikan
pabrik kembang api pada tahun 1810 (pendirinya bernama Seikichi Tamaya, kemudian disebut
Ichibei Tamaya), sehingga ada dua pabrik kembang api yang waktu itu saling
berlomba meluncurkan kembang api. Kagiya dan Tamaya saling bergantian meluncurkan kembang api
dari dua tempat terpisah. Penonton yang datang untuk menonton bertindak sebagai
juri, dan meneriakkan nama pembuatnya, Tamaya atau Kagiya, setiap kali mereka
melihat kembang api yang bagus. Dari kompetisi dua pembuat kembang api inilah berawal tradisi
orang Jepang yang dibesarkan di tengah pengaruh budaya Edo untuk meneriakkan
nama "Ta-ma-ya..." atau "Ka-gi-ya..." setiap kali melihat
kembang api yang bagus. Pada puncak kejayaannya, kembang api produksi Tamaya
memiliki reputasi yang
baik. Kekesalan pabrik kembang api Kagiya tercermin dari puisi senryū yang berbunyi, "Kagiya berkata, Tamaya dan
lagi-lagi hanya
Tamaya" (玉やだと又またぬかすわと鍵や云ひ"Tamaya dato mata mata nukasu wa to Kagiya
ihi"?).Ada masanya penonton hanya mau meneriakkan Tamaya, dan tidak ada
penonton yang meneriakkan
nama Kagiya. Namun pada tahun 1843, terjadi
kecelakaan di pabrik Tamaya sehingga terjadi kebakaran yang menghanguskan
kawasan sekelilingnya. Pabrik kembang api Tamaya mendapat hukuman pengusiran dari Edo. Meskipun Tamaya hanya bertahan selama satu generasi,
sejumlah dokumen menyebutkan pabrik ini bertahan sebagai pabrik skala kecil di
pinggiran kota Edo.
Kembang api di festival sungai Ryōgoku beberapa kali
tidak diselenggarakan akibat kekacauan yang menyertai Restorasi Meiji danPerang
Dunia II. Festival ini
juga tidak diselenggarakan dari tahun 1961 hingga 1977, antara lain akibat buruknya kondisi lalu lintas
di Tokyo. Festival kembang api ini
dihidupkan kembali pada tahun 1978 dengan nama Festival Kembang Api Sumidagawa.
Setelah itu, festival ini diselenggarakan secara tidak terputus setiap tahunnya sejak tahun
1978.
Festival kembang api ini setiap tahunnya didatangi
kira-kira satu juta orang penonton. Lokasi 1 pengumpulan massa berada antara
Jembatan Sakurabashi ke arah hilir dan Jembatan Kototoibashi ke arah hulu. Lokasi 2 pengumpulan massa berada antara Jembatan Komagatabashi ke arah
hilir dan Umayabashi ke arah hulu. Dari kedua lokasi tersebut diluncurkan lebih dari
20.000 buah kembang api, sekaligus dilakukan kompetisi kembang api terbaik.
Pada tahun 2011 setelah terjadinya bencana gempa
bumi dan tsunami Sendai 2011, festival-festival kembang api di Tokyo secara berturut-turut
dibatalkan. Namun Festival Kembang Api Sumidagawa tetap dilangsungkan, hanya saja tanggal
penyelenggaraan diundur menjadi tanggal 27 Agustus 2011 sesuai keputusan Wakil
Gubernur Tokyo Naoki
Inose.[7] Sebagai akibatnya, Festival Samba Asakusatahun 2011 dibatalkan karena tanggal penyelenggaraannya bentrok dengan
Festival Kembang Api Sumidagawa.
Pada tahun 2012, festival ini untuk pertama kalinya
diselenggarakan setelah Tokyo Sky Tree selesai dibangun dan dibuka untuk umum. Total kembang
api yang diluncurkan sebanyak 20.000 buah.