Selasa, 11 Desember 2012

Hari Besar Di Jepang


Hari Kebudayaan (文化の日 Bunka no hi) adalah hari libur resmi di Jepang yang jatuh tanggal 3 November. Hari libur ini menurut undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) bertujuan agar rakyat "mencintai kebebasan dan perdamaian, serta memajukan kebudayaan."
Tanggal 3 November 1946 merupakan hari pengumuman konstitusi baru Jepang yang mementingkan perdamaian dan kebudayaan, sehingga undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 menetapkan 3 November sebagai Hari Kebudayaan. Tanggal 3 Mei 1947 yang merupakan hari pertama pelaksanaan konstitusi Jepang dijadikan hari libur yang disebut Hari Peringatan Konstitusi
Upacara penganugerahan Medali Kebudayaan dilangsungkan di istana kaisar (Kōkyo) pada Hari Kebudayaan. Selain itu, Kantor Kebudayaan mengadakan festival kesenian yang dimeriahkan dengan pemberian hadiah untuk berbagai bidang kesenian. Pengunjung sebagian museum pada hari ini juga dibebaskan dari biaya masuk.

Hari Kedewasaan (成人の日 Seijin no hi) adalah hari libur resmi di Jepang yang jatuh hari Senin minggu kedua di bulan Januari. Menurut undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō), hari libur ini dimaksudkan untuk "merayakan generasi muda yang bisa hidup mandiri, dan menyadari telah menjadi dewasa."
Upacara Seijin shiki diadakan pemerintah lokal di kota-kota dan desa-desa untuk meresmikan penduduk yang telah atau segera genap berusia 20 tahun, usia orang telah dianggap dewasa menurut hukum untuk boleh merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengikuti pemilihan umum. Upacara kedewasaan setidaknya sudah dilakukan di Jepang untuk pangeran muda sejak 714 Masehi. Upara ini ditandai dengan pemakaian jubah baru dan pergantian model rambut untuk menandai dimulainya usia kedewasaan. Sejak ditetapkannya Hari Kedewasaan di Jepang, dari tahun 1948 hingga tahun 1999, perayaan ini selalu diadakan tanggal 15 Januari bertepatan dengan hari tahun baru kecil untuk meneruskan tradisi genbuku yang selalu diadakan pada hari yang sama. Pada tahun 2000, Hari Kedewasaan dipindah ke hari Senin minggu kedua di bulan Januari sesuai Sistem Happy Monday yang memindahkan sebagian hari libur ke hari Senin agar libur akhir pekan bertambah panjang.
Peserta upacara Seijin shiki adalah penduduk yang sehari setelah Hari Kedewasaan tahun lalu hingga hari upacara berlangsung telah genap berusia 20 tahun. Penduduk yang diundang untuk mengikuti upacara tahun 1960 misalnya, terdiri dari penduduk yang berulang tahun ke-20 antara tanggal 16 Januari 1959 hingga 15 Januari 1960. Sebagian pemerintah lokal juga mengundang penduduk yang berulang tahun ke-20 antara tanggal 2 April tahun yang lalu hingga 1 April tahun berjalan. Upacara Kedewasaan (成人式 Seijin-shiki?) biasanya diadakan pada pagi hari di balai kota setempat. Semua orang dewasa muda yang telah berumur atau akan berumur 20 tahun antara tanggal 2 April tahun sebelumnya dan 1 April tahun itu, serta berstatus penduduk (memiliki jūminhyō) diundang untuk menghadiri upacara. Pejabat kota memulai upacara dengan pidato dan hadiah kecil diberikan kepada penduduk dewasa yang baru.
Wanita menghadiri upacara dengan mengenakan kimono berlengan lebar yang disebut furisode dan alas kaki yang disebut zōri. Kesukaran dalam mengenakan kimono sendirian tanpa dibantu orang lain menyebabkan para wanita muda memilih untuk mengunjungisalon kecantikan untuk dipakaikan kimono dan dirias. Satu set kimono formal berharga mahal, oleh karena itu sebagian wanita meminjam kimono dari saudara, toko peminjaman baju, atau secara khusus minta kepada orang tua untuk membelikannya. Pria mengenakan kimono formal berwarna gelap dan hakama. Meskipun demikian, pria sering juga mengenakan pakaian formal ala Barat berupa jas lengkap dengan dasinya. Setelah upacara, mereka merayakannya dengan berpesta, terutama minum minuman beralkohol.


Hari Laut (海の日 Umi no hi) adalah salah satu hari libur resmi di Jepang yang jatuh pada hari Senin minggu ke-3 bulan Juli. Tanggal20 Juli dulunya merupakan Hari Laut sebelum diubah dengan Sistem Happy Monday yang memindahkan sebagian hari libur ke hari Senin. Kaisar Meiji tiba kembali di Pelabuhan Yokohama pada tanggal 20 Juli 1876 setelah melakukan perjalanan kerja ke daerah Tohokudengan menaiki kapal bertenaga uap "Meiji Maru" yang biasa digunakan untuk inspeksi mercu suar dan bukan kapal angkatan laut. Peristiwa ini diperingati setiap tanggal 20 Juli sebagai Hari Peringatan Kelautan (Umi no kinen-bi) berdasarkan usul Menteri Pos dan Telegram Murata Shōzō di bulan Juni 1941.
Hari Peringatan Kelautan diganti namanya menjadi Hari Laut, dan ditetapkan sebagai hari libur sejak tahun 1996 berdasarkan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) yang direvisi sebagai hari untuk "berterima kasih atas kemurahan laut dan mengharapkan kemakmuran Jepang sebagai negara maritim."


Golden Week (ゴールデンウィーク?) atau Minggu Emas adalah periode di akhir bulan April hingga minggu pertama bulan Mei diJepang yang memiliki serangkaian hari libur resmi. Periode Golden Week bergantung pada tahunnya, tapi dimulai sekitar 29 April dan berakhir sekitar 5 Mei. Liburan dapat menjadi agak panjang bila ditambah dengan hari terjepit dan akhir pekan.
Golden Week disingkat sebagai GW, dan sering disebut Ōgata renkyū (大型連休, liburan berturutan skala besar) atau Ōgon shūkan(黄金週間 minggu emas). Sejak tahun 2007, sepanjang periode Minggu Emas terdapat 4 hari libur:
§  Hari Hijau (4 Mei)
Selain itu, perusahaan dan industri sering meliburkan diri pada tanggal 1 Mei untuk memperingati Hari Buruh (Rōdōsai), walaupun bukan merupakan hari libur resmi di Jepang.
Liburan Golden Week tahun 2008 menjadi lebih panjang sehari sesuai dengan kebijakan tahun 2005 yang memindahkan hari libur yang jatuh di hari Minggu ke hari Senin. Pada tahun 2008, Hari Hijau jatuh pada hari Minggu 4 Mei, sehingga dipindahkan ke hari Selasa 6 Mei agar tidak jatuh di hari Senin tanggal 5 Mei yang merupakan Hari Anak-anak. Golden week merupakan salah satu masa tersibuk bagi jasa transportasi dan pariwisata, bersama-sama dengan liburan musim panas, liburan Obon, dan Tahun Baru. Masa liburan digunakan untuk pulang ke daerah asal atau berwisata ke dalam dan luar negeri. Harga tiketpesawat terbangpaket wisata, dan tarif hotel menjadi lebih tinggi dari biasa. Kereta api danshinkansen dipenuhi dengan penumpang hingga sebagian harus berdiri, dan jalan bebas hambatan menjadi macet.
Cuaca yang sejuk di sekitar Golden Week dimanfaatkan untuk penyelenggaraan matsuri di berbagai daerah di Jepang:

stilah Golden Week merupakan salah satu contoh kosakata bahasa Jepang yang ditulis dan dibaca seperti bahasa Inggris tapi merupakan istilah bahasa Jepang (wasei-eigo). Setelah pemerintah Jepang menetapkan undang-undang hari libur pada tahun 1948, gedung-gedung bioskop kebanjiran penonton yang menghabiskan hari libur di akhir bulan April dan minggu pertama bulan Mei dengan menonton film. Pada waktu itu siaran televisi belum ada dan rakyat senang menghabiskan liburan dengan pergi menonton bioskop, berbelanja di toko serba ada, atau bepergian ke tempat wisata yang dekat-dekat.
Matsuyama Hideo dari perusahaan film Daiei Motion Picture menyebut minggu liburan ini sebagai "minggu paling luar biasa" bagi industri film di Jepang dan menamakannya "Golden Week". Istilah ini secara luas dipakai di kalangan pemilik gedung bioskop sebelum akhirnya dikenal masyarakat luas. Penjelasan lain mengatakan istilah Golden Week dipinjam dari kalangan stasiun radio di Jepang yang menyebut jam siar dengan pendengar terbanyak dengan istilah "Golden Time".
NHK dan beberapa surat kabar tidak lagi menggunakan istilah Golden Week, melainkan Ōgata renkyū (liburan berturutan skala besar). Media massa mengemukakan berbagai macam alasan untuk tidak menggunakan istilah Golden Week. Di antaranya, media massa enggan meminjam istilah dari dunia film, penulisan dengan katakana yang memakan tempat, hingga pertimbangan adanya pemirsa dan pembaca surat kabar yang tidak semua dapat berlibur panjang.


Hari Olahraga dan Kesehatan (体育の日 Taiiku no hi) adalah hari libur resmi di Jepang. Menurut undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō), hari ini digunakan untuk "menumbuhkan rasa cinta pada olahraga, membentuk jiwa dan raga yang sehat".
Pada mulanya, hari libur ini ditetapkan tanggal 10 Oktober untuk memperingati hari upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 1964, tapi diubah menjadi hari Senin minggu kedua di bulan Oktober sejak diberlakukan Sistem Happy Monday yang memindahkan sebagian hari libur ke hari Senin agar libur akhir pekan bertambah panjang. Di Hari Olahraga dan Kesehatan, pemakai berbagai sarana olahraga bisa menggunakan fasilitas secara gratis atau mendapat potongan harga. Di lingkungan sekolah terdapat tradisi mengadakan pertandingan (Undō-kai) antarsiswa yang dibagi menjadi dua kubu (merah dan putih) atau empat kubu (utara, selatan, barat, timur). Pertandingan yang dilakukan bisa beraneka macam, mulai dari lari, lari estafet, lari menghindari rintangan, hingga perlombaan tarik tambang, memasukkan bola dari kain ke dalam keranjang, atau mendorong-dorong bola yang berukuran sangat besar. Di kantor-kantor atau lingkungan tempat tinggal sering diadakan perlombaan yang bisa membuat orang tertawa, seperti: lari untuk memakan roti yang digantung di atas tali, atau perlombaan mengambil permenyang ditutupi lapisan tepung terigu dengan mulut. Olimpiade Tokyo 1964 adalah olimpiade musim panas yang diadakan lebih lambat dari kebiasaan. Bulan Oktober sudah termasukmusim gugur di Jepang, dan tanggal 10 Oktober sengaja dipilih sebagai hari pembukaan olimpiade karena pada hari itu kemungkinan besar (singularitas) cuaca cerah di wilayah Tokyo dan sekitarnya.
Hari pembukaan Olimpiade Tokyo 1964 mulai diperingati sebagai Hari Olahraga dan Kesehatan pada tanggal 10 Oktober 1966. Selama 34 tahun dari tahun 1966 hingga tahun 1999, hujan dengan curah hujan melebihi 1 ml hanya pernah turun sebanyak 5 kali di daerah Tokyo pada tanggal 10 Oktober. Setelah dipindahkan ke hari Senin minggu kedua di bulan Oktober, Hari Olahraga dan Kesehatan tidak lagi selalu cerah dan perlombaan menjadi sering ditunda akibat hujan.



Hari Pekerja (勤労感謝の日 Kinrō kansha no hi) adalah hari libur resmi di Jepang yang jatuh tanggal 23 November. Hari libur ini ditetapkan tahun 1948 dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) untuk "menghormati buruh, merayakan produksi, dan saling mengungkapkan rasa terima kasih." Sebelum Perang Dunia II, tanggal 23 November merupakan hari festival panen beras Niiname-sai atau Niiname no matsuri (新嘗祭, Festival Panen Shinto), hanya namanya saja yang diganti menjadi "hari bersyukur kepada buruh" (Kinrō kansha no hi). Nama baru untuk Niiname-sai disesuaikan dengan nama untuk Pesta Hari Bersyukur (Thanksgiving) di Amerika Serikat, sehingga dinamakanLabor Thanksgiving Day (hari bersyukur kepada buruh) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang menjadi Kinrō kansha no hi.
Sampai tahun 1872, Niiname-sai dirayakan pada hari kelinci ke-2 bulan ke-11 menurut kalender lunar. Setelah kalender Gregoriandigunakan di Jepang pada tahun 1873, Niiname-sai menurut kalender Gregorian ternyata jatuh pada bulan Januari tahun berikutnya. Perayaan festival panen pada bulan Januari bisa dianggap keanehan, sehingga Niiname-sai tetap dirayakan pada hari kelinci ke-2 di bulan November. Pada tahun 1873, hari kelinci ke-2 pada bulan November bertepatan dengan tanggal 23 November sehingga pada tahun berikutnya (1874) ditetapkan untuk melangsungkan Niiname-sai setiap 23 November.


Hari Pembentukan Negara (建国記念の日 Kenkoku kinen no hi, Hari untuk memperingati pendirian negara) adalah hari libur resmi diJepang yang jatuh tanggal 11 Februari. Hari libur ini memperingati peristiwa Kaisar Jimmu naik tahta berdasarkan catatan Nihon Shokidan Kojiki yang menurut perhitungan kalender solar terjadi 11 Februari 660 SM.[1]
Hari Pembentukan Negara ditetapkan dengan revisi undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1966 dan mulai berlaku sebagai hari libur resmi pada 11 Februari 1967. Berbeda dengan hari libur resmi lain yang tanggalnya ditetapkan dengan undang-undang hari libur, tanggal Hari Pembentukan Negara ditetapkan kemudian dengan Instruksi Kabinet No. 376 tahun 1966. Hari libur ini dulunya dirayakan sebagai Kigensetsu hingga menjelang Perang Dunia II. Sekitar tahun 1951 mulai ada usaha menghidupkan kembali Kigensetsu, tapi rancangan undang-undang yang diajukan sebanyak 9 kali sejak tahun 1957 gagal disahkanParlemen Jepang. Di bulan Juni 1966, Hari Pembentukan Negara akhirnya berhasil disahkan sebagai hari libur dengan syarat tanggalnya akan ditetapkan kemudian dengan Instruksi Kabinet.
Penentuan tanggal dilakukan Kantor Perdana Menteri Jepang dengan bantuan kalangan ilmuwan. Dari 10 orang yang hadir dalam rapat, 7 orang sepakat dengan tanggal 11 Februari sebagai Hari Pembentukan Negara. Hasil kesepakatan diajukan pada tanggal 8 Desember1966 dan keesokan harinya 9 Desember 1966 dijadikan Instruksi Kabinet.

Hari Penghormatan Orang Usia Lanjut (敬老の日 Keirō no hi) adalah salah satu hari libur resmi di Jepang. Hari libur ini dulunya diperingati tanggal 15 September, tapi sejak tahun 2003 dipindahkan ke hari Senin di minggu ke-3 bulan September mengikuti sistemSistem Happy Monday.
Hari libur ini menurut undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) digunakan untuk "mencintai orang lanjut usia atas sumbangsih selama bertahun-tahun terhadap masyarakat, dan merayakan umur panjang."
Hari Penghormatan Orang Usia Lanjut berasal dari ide seorang kepala desa bernama Kadowaki Masao dari Distrik Taka, Prefektur Hyogo (sekarang kota Taka) yang mengusulkan "Hari Orang Tua" (Toshiyori no hi). Di desa yang dipimpinnya tanggal 15 September sebagai hari untuk menghormati orang lanjut usia pada 15 September dan kebetulan di pertengahan bulan September merupakan masa sepi dari pekerjaan bertani. Sejak tahun 1950, acara ini meluas ke seluruh Prefektur Hyogo dan selanjutnya dijadikan hari peringatan secara nasional.
Pada tahun 1964, Hari Orang Tua (Toshiyori no hi) diganti namanya menjadi Hari Orang Lanjut Usia (Rōjin no hi) karena istilah "toshiyori" (orang tua) dirasa kurang sopan. Pada tahun 1966, Hari Orang Lanjut Usia dijadikan hari libur setelah berubah nama menjadi Hari Penghormatan Orang Lanjut Usia (Keirō no hi).
Jumlah orang Jepang yang berusia 100 tahun atau lebih tercatat sebanyak 25.554 orang (termasuk orang Jepang yang bermukim di luar negeri dan orang asing yang tinggal di Jepang). Data dikeluarkan Kementerian Kesehatan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang tanggal 13 September 2005 dan direvisi tanggal 16 September 2005.
Jumlah orang Jepang yang berusia 100 tahun bertambah sebanyak 2.516 orang dibandingkan tahun 2004. Dari 25.554 orang yang berusia di atas 100 tahun, 21.775 adalah perempuan (bertambah 2.260 orang), sedangkan laki-laki sebanyak 3,779 orang (kenaikan sebanyak 256 orang). Berdasarkan perhitungan statistik, dari total 100.000 penduduk Jepang terdapat 20,05 orang yang berusia di atas 100 tahun.

Hari Ulang Tahun Kaisar (天皇誕生日 Tennō tanjōbi) adalah salah satu hari libur resmi diJepang untuk merayakan hari ulang tahun Kaisar Jepang yang sedang bertahta. Kaisar Jepang yang sekarang berulang tahun tanggal 23 Desember. Masyarakat umum diberi kesempatan untuk melihat keluarga kekaisaran dari halaman istana kaisar (Kokyo). Hingga berakhirnya Perang Dunia II, perayaan ulang tahun kaisar disebut Tenchōsetsu.
Hari ulang tahun kaisar dirayakan secara nasional untuk pertama kali pada tahun pertamazaman Meiji (hari 22 bulan 9 tahun 1868 kalender lunisolar) sebagai Tenchōsetsu. Setelah Jepang mulai menggunakan kalender Gregorian pada tahun 1873Tenchōsetsu dirayakan tanggal 3 November. Hari perayaan Tenchōsetsu selanjutnya ditetapkan dengan mengikuti hari ulang tahun kaisar yang sedang bertahta. Setelah Perang Dunia II, hari Tenchōsetsudiubah namanya sebagai Tennō tanjōbi (Hari Ulang Tahun Kaisar) dan dijadikan hari libur nasional hingga sekarang. Hari Ulang Tahun Permaisuri Kaisar disebut Chikyūsetsu (地久節 dan tidak pernah dijadikan hari libur nasional.
Daftar Hari Ulang Tahun Kaisar
Zaman
Nama Kaisar
Tahun
Tanggal
1868 - 1872
Hari 22 bulan 9 kalender lunisolar
1873 - 1911
1912 - 1913
1914 - 1926
1927 - 1988
1989 -

Kaisar Taishō berulang tahun tanggal 31 Agustus dan selalu dirayakan sebagai Tenchōsetsu hingga tahun 1913, tapi tanggal 31 Agustus selalu merupakan saat terpanas dalam setahun di Jepang dan menyulitkan berbagai kegiatan perayaan. Pada tahun 1914, perayaan ulang tahun kaisar ditunda selama dua bulan, dan perayaan hari Tenchōsetsu diubah menjadi tanggal 31 Oktober.


Hari Shōwa (昭和の日 Shōwa no hi) adalah salah satu hari libur resmi di Jepang yang jatuh tanggal 29 April dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Shōwa. Hari libur ini ditetapkan pada tahun 2005 untuk menggantikan tanggal 29 April yang hingga tahun 2006disebut Hari Hijau (Midori no hi), sedangkan Hari Hijau dipindahkan ke tanggal 4 Mei yang dulunya merupakan Hari Libur Nasional (Kokumin no kyūjitsu).
Hari Shōwa menurut hasil revisi undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) digunakan untuk "memikirkan masa depan negara dengan mengenang lewatnya hari-hari penuh pergolakan, dan tercapainya pembangunan kembali di zaman Shōwa." Hari libur ini mengundang kontroversi dan merupakan salah satu dari serangkaian hari libur di akhir bulan April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas). Setelah Kaisar Shōwa tutup usia pada tanggal 7 Januari 1989 perlu diadakan revisi pada undang-undang hari libur Jepang yang menetapkan 29 April sebagai Hari Ulang Tahun Kaisar. Usaha berbagai organisasi mulai terlihat untuk menjadikan 29 April sebagai "Hari Peringatan Shōwa" (昭和記念日 Shōwa kinen-bi), tapi gagal akibat ditentang masyarakat Jepang. Sebagai gantinya, tanggal 29 April ditetapkan sebagai Hari Hijau yang secara tidak langsung mengingatkan pada Kaisar Shōwa yang suka menanam pepohonan.
Berbagai organisasi yang menggalang kekuatan untuk mewujudkan Hari Shōwa akhirnya mendapat dukungan faksi dalam Parlemen Jepang. Setelah diajukan ketiga kalinya dalam masa sidang ke-159 tahun 2004, rancangan undang-undang Hari Shōwa disahkan dalam masa sidang Parlemen Jepang ke-162 tahun 2005 dan mulai berlaku tahun 2007.
Menurut undang-undang hari libur hasil revisi, tanggal 29 April ditetapkan sebagai Hari Shōwa, sedangkan Hari Hijau dipindahkan ke tanggal 4 Mei untuk menggantikan Hari Libur Nasional (Kokumin no kyūjitsu). Selain itu, undang-undang juga berisi pasal pemindahan hari libur yang jatuh di hari Minggu ke hari Senin yang disebut "Hari Libur Pemindahan" (Furikae kyūjitsu). Bila hari Senin sudah merupakan hari libur resmi, maka hari libur dipindahkan ke hari Selasa agar tidak ada dua hari libur yang bertumpuk.


Hari Hijau (みどりの日 Midori no hi) adalah salah satu hari libur resmi di Jepang yang jatuh tanggal 4 Mei. Hari libur ini merupakan salah satu dari serangkaian hari libur di akhir April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas) di Jepang.
Hari Hijau menurut undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) digunakan untuk "mengenal alam, berterima kasih atas kemurahan alam, dan memperkaya hati nurani." Di hari libur ini, pengunjung semua taman nasional dan taman yang dikelola pemerintah daerah dibebaskan dari biaya masuk berdasarkan keputusan Rapat Kabinet tanggal 8 Agustus 2006.
Sejak 1948 hingga 1988, 29 April merupakan Hari Ulang Tahun Kaisar untuk merayakan ulang tahun Kaisar Shōwa. Setelah Kaisar Shōwa tutup usia, parlemen Jepang pada tanggal 15 Februari 1989 menetapkan 29 April sebagai Hari Hijau, sedangkan hari libur untuk merayakan ulang tahun Kaisar berubah menjadi tanggal 23 Desember.
Dari tahun 1989 hingga 2006, tanggal 29 April diperingati sebagai Hari Hijau, tapi sejak tahun 2007 ditetapkan sebagai Hari Shōwaberdasarkan revisi undang-undang hari libur yang disahkan Parlemen Jepang pada 13 Mei 2005. Sebelum diubah menjadi Hari Hijau, 4 Mei merupakan Hari Libur Rakyat (Kokumin no kyūjitsu) yang ditetapkan pemerintah karena tanggal tersebut terjepit di antara dua hari libur.



Hari Ekuinoks Musim Gugur (秋分の日 Shūbun no hi) adalah hari libur resmi di Jepang yang jatuh sekitar 23 September ketika terjadi ekuinoks musim gugur yang merupakan hari pertama musim gugur di belahan bumi utara.
Hari libur ini ditetapkan tahun 1948 dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 untuk "memuliakan nenek moyang, mengenang orang yang sudah meninggal," sedangkan penentuan tanggal berdasarkan hari ekuinoks musim gugur menurutwaktu Jepang.
Hari ekuonis musim gugur:
§  2008 23 September
§  2009 23 September
§  2010 23 September
§  2011 23 September
§  2012 22 September
§  2013 23 September
§  2014 23 September
§  2015 23 September
§  2016 22 September
§  2017 23 September
Perubahan hari ekuinoks musim gugur bisa terjadi sebelum dan sesudah tahun kabisat. Rapat kabinet untuk menentukan tanggal ekuinoks musim gugur tahun berjalan sudah diadakan tanggal 1 Februari tahun sebelumnya. Penentuan tanggal ekuinoks musim gugur didasarkan tabel almanak (Rekishō Nempyō) yang merupakan pamflet terbitan Badan Observasi Astronomi Nasional Jepang. Hasil rapat diumumkan dalam lembaran negara yang disebut Kampō.
Sesuai perhitungan astronomi, hari ekuinoks musim gugur selalu jatuh tanggal 23 September hingga tahun 2011. Di antara tahun 2012hingga tahun 2044, hari ekuinoks musim gugur juga selalu jatuh tanggal 23 September sedangkan pada tahun kabisat jatuh tanggal 22 September. Sampai tahun 1947, hari libur ini disebut Shūki kōrei-sai (秋季皇霊祭, perayaan musim gugur arwah leluhur keluarga kekaisaran). Bagi berbagai aliran agama Buddha di Jepang, hari ekuinoks musim gugur merupakan saat memulai upacara Shūki Higan-e (Higan musim gugur) yang berlangsung seminggu untuk mendoakan arwah leluhur. Kata "Higan" secara harafiah berarti "pantai seberang" untuk membedakannya dengan "pantai sebelah sini" (alam dunia). Periode Higan terjadi dua kali dalam setahun di musim semi danmusim gugur yang merupakan saat membersihkan makam dan mempersembahkan kue ohagi (sebutan di musim gugur untuk kuebotamochi) di altar keluarga.
Tahun yang angkanya habis dibagi 4:
  1900           24 September
  1904 - 2008 23 September
  2012 - 2096 22 September
Tahun yang angkanya dibagi 4 sisa 1:  1901 - 1917 24 September  1921 - 2041 23 September  2045 - 2097 22 SeptemberTahun yang angkanya dibagi 4 sisa 2:  1902 - 1946 24 September  1950 - 2074 23 September  2078 - 2098 22 SeptemberTahun yang angkanya dibagi 4 sisa 3:  1903 - 1979 24 September  1983 - 2099 23 September


Hari Ekuinoks Musim Semi (春分の日 Shunbun no hi) adalah hari libur resmi di Jepang yang jatuh tanggal 20 Maret atau 21 Maretketika terjadi ekuinoks vernal (titik musim semi), saat siang dan malam sama panjang. Hari libur ini ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 untuk "berterima kasih kepada alam dan mencintai makhluk hidup."
Hari ekuonis musim semi:
§  2008 20 Maret
§  2009 20 Maret
§  2010 21 Maret
§  2011 21 Maret
§  2012 20 Maret
§  2013 20 Maret
§  2014 21 Maret
§  2015 21 Maret
§  2016 20 Maret
§  2017 20 Maret

Bagi berbagai aliran agama Buddha di Jepang, hari ekuinoks musim semi merupakan saat memulai upacara Shunki Higan-e (higanmusim semi) yang berlangsung seminggu untuk mendoakan arwah leluhur. Kata "higan" secara harafiah berarti "pantai seberang" untuk membedakannya dengan "pantai sebelah sini" (alam dunia). Periode higan terjadi dua kali dalam setahun di musim semi dan musim gugur yang merupakan saat membersihkan makam dan mempersembahkan kue botamochi di altar keluarga. Sampai tahun 1947, hari libur ini disebut Shunki kōrei-sai (春季皇霊祭?, perayaan musim semi arwah leluhur keluarga kekaisaran).
Rapat kabinet untuk menentukan tanggal ekuinoks vernal tahun berjalan sudah diadakan pada 1 Februari tahun sebelumnya. Penentuan tanggal ekuinoks vernal didasarkan pada tabel almanak (Rekishō Nempyō) yang merupakan pamflet terbitan Badan Observasi Astronomi Nasional Jepang. Hasil rapat diumumkan dalam lembaran negara yang disebut Kampō.
Menurut perhitungan astronomi yang berlaku sekarang hingga tahun 2025, ekuinoks vernal selalu jatuh tanggal 21 Maret, tapi jatuh tanggal 20 Maret pada tahun kabisat dan tahun sesudah tahun kabisat.
Perhitungan sederhana ekuinoks musim semi 1900-2099
Tahun yang angkanya habis dibagi 4:
  1900 - 1956 21 Maret
  1960 - 2088 20 Maret
  2092 - 2096 19 Maret
  1. Tahun yang angkanya dibagi 4 sisa 1:  1901 - 1989 21 Maret  1993 - 2097 20 MaretTahun yang angkanya dibagi 4 sisa 2:  1902 - 2022 21 Maret  2026 - 2098 20 MaretTahun yang angkanya dibagi 4 sisa 3:  1903 - 1923 22 Maret  1927 - 2055 21 Maret  2059 - 2099 20 Maret


Hari Anak-anak (こどもの日 Kodomo no hi) adalah salah satu hari libur resmi di Jepangyang jatuh tanggal 5 Mei. Hari libur ini merupakan serangkaian hari libur di akhir April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas) di Jepang.
Hari Anak-anak diperingati sejak tahun 1948 dan ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) untuk "menghormati kepribadian anak, merencanakan kebahagiaan anak sambil berterima kasih kepada ibu."
Hari Anak-anak dulunya disebut Hari Anak Laki-laki, sehingga hari libur ini pada prakteknya diwarnai tradisi untuk anak laki-laki. Perayaan khusus untuk anak perempuan disebut Hina Matsuri dan dirayakan pada 3 Maret yang bukan hari libur.
Tradisi kuno Tiongkok mengenal perayaan yang berkaitan dengan musim yang disebut di Jepang sebagai sekku. Sejak zaman dulu, bulan ke-5 kalender Tionghoa diisi dengan kegiatan mengusir roh-roh jahat. Tanggal 5 bulan 5 dikenal sebagai Tango no sekku (端午の節句) (Duanwu) dan merupakan hari untuk merayakan kesehatan dan pertumbuhan anak laki-laki.
Selama perayaan Hari Anak-anak, di rumah keluarga yang memiliki anak laki-laki terdapat tradisi memajang replika yoroi (pakaian ksatria zaman dulu) dan kabuto (helm samurai). Keluarga yang memiliki anak laki-laki juga memasang koinobori (bendera berbentuk ikan mas). Pada bendera ikan mas yang paling besar digambarkan anak laki-laki super kuatKintarō sedang menunggang ikan emas. Kabuto, Yoroi, dan tokoh Kintarō digunakan sebagai simbol harapan anak laki-laki yang sehat dan kuat. Kue yang dimakan selama perayaan adalah kue chimaki dan kashiwamochi.



Ōmisoka (大晦日?) adalah hari terakhir dalam setahun di Jepang. Menurut kalender lama Jepang yang berdasarkan kalender lunisolar(kalender Tempō misalnya), ōmisoka jatuh pada tanggal 30 bulan 12, atau tanggal 29 bulan 12. Sesuai kalender Gregorian yang dipakai di Jepang sejak 1873, ōmisoka jatuh pada tanggal 31 Desember.
Nama lain untuk ōmisoka adalah ōtsugomori (大つごもり) yang berasal dari kata tsukigomori (月隠り) yang berarti bersembunyinya bulan. Pada kalender lama Jepang, hari terakhir setiap bulan disebut misoka (晦日. Di antara misoka dalam setahun, hari terakhir pada bulan 12 atau bulan kabisat 12 disebut ōmisoka (misoka besar). Misoka berasal dari kata miso (三十, tiga puluh), misoka berarti hari ke-30. Berhubung adanya periode bulan panjang dan periode bulan pendek, ada kalanya misoka zaman dulu jatuh pada tanggal 29. Sejak dipakainya kalender Gregorian di Jepang, ōmisoka selalu dirayakan pada tanggal 31 Desember.
Toshikoshi soba
Malam pergantian tahun merupakan saat makan toshikoshi soba (soba kuah melewatkan tahun) bersama keluarga. Mi soba yang halus dan panjang merupakan simbolisme dari harapan hidup sehat, damai, dan panjang umur. Soba dipercaya sebagai makanan sehat karena dibuat dari tepung gandum kuda yang dikenal sebagai tanaman tahan cuaca buruk. Tanaman gandum kuda kembali tumbuh sehat meskipun telah diterpa hujan dan anginkencang.
Pedagang pada zaman Edo, pada hari terakhir setiap bulannya selalu sibuk hingga larut malam. Mereka biasanya makan soba kuah untuk makan malam. Pengrajin lembaran emasmemiliki kebiasaan mengumpulkan serpihan-serpihan emas memakai gumpalan adonan mi soba. Oleh karena itu, makan soba dipercaya dapat mengumpulkan uang. Soba yang mudah putus merupakan simbolisme utang yang mudah dibayar dan beban yang mudah terlepas pada tahun yang baru.
Genta tahun baru
Pemukulan genta sebanyak 108 kali di kuil-kuil Buddha menjelang pergantian tahun disebut joya no kane (除夜の鐘 genta tahun baru). Seratus delapan melambangkan:
1.   Jumlah nafsu. Manusia memiliki enam indra: mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (penciuman), lidah (pencicip), kulit (peraba), pikiran (otak)yang masing-masing dapat merasakan senang, menyakitkan, dan netral (3×6= 18). Setiap nafsu dibagi menjadi dua jenis, bersih dan kotor sehingga semuanya menjadi 36. Masing-masing dari 36 nafsu dapat terjadi pada masa lalu, masa depan, atau masa kini, sehingga keseluruhannya ada 108 nafsu.
2.   Satu tahun. Setahun terdiri dari 12 bulan , 24 posisi matahari, dan 72 musim yang semuanya berjumlah 108.
3.   Penderitaan besar (shiku-hakku) yang bila diucapkan berbunyi seperti angka 4, 9 dan 8, 9. Bila dikalikan dan ditambah jumlahnya menjadi 108 (4x9 + 8x9).
Hatsumode
Setelah pergantian tahun, orang Jepang mengunjungi kuil Shinto dan kuil Buddha untuk melakukan hatsumōde. Ada pula tradisininenmairi (二年参り kunjungan dua tahun), yakni berkunjung ke kuil pada malam tahun baru, kembali ke rumah, dan selepas pergantian tahun kembali lagi ke kuil.
Ucapan selamat
Ucapan perpisahan menjelang tahun baru adalah "Yoi o-toshi o" (良いお年を Semoga menjadi tahun yang baik untuk Anda) atau Yoi o-toshi o omukae kudasai bila diucapkan secara formal.
Setelah tiba tanggal 1 Januari, ucapan selamat tahun baru secara formal adalah Akemashite omedetō gozaimasu (Selamat Tahun Baru), yang dapat diteruskan dengan kalimat Honnen mo dōzo yoroshiku onegaishimasu (Tahun ini juga saya mengharapkan kebaikan Anda). 
Acara televisi
Acara spesial malam tahun baru di televisi Jepang di antaranya:

Jizōbon (地蔵盆) adalah peringatan untuk Jizō Bosatsu (Ksitigarbha Bodhisattva) yang diadakan setiap bulan di Jepang pada ennichi untuk Jizō Bosatsu setiap tanggal 24, atau perayaan Jizō Bosatsu yang dilangsungkan tanggal 24 bulan 7 kalender lama pada masaObon, dan berlangsung selama tiga hari sejak malam sebelum ennichi. Dalam agama Buddha, Jizō Bosatsu dipercaya sebagai dewa pelindung anak-anak dari setan yang datang dari neraka. Sejak zaman kuno, perayaan ini dipercaya dapat melindungi anak-anak dari wabah penyakit.
Perayaan biasanya dilakukan sekitar 23 Agustus dan 24 Agustus. Meskipun demikian, Jizōbon dapat saja dilangsungkan beberapa hari sesudah atau sebelum tanggal 24 bergantung kesiapan orang tua, sehingga sering dilakukan pada hari Sabtu.
Selain perayaan tanggal 24 bulan 7 kalender lama, perayaan Jizō yang dilakukan setiap bulannya pada tanggal 24 disebut Jizō-e (upacara Jizō). Perayaan Jizō Bosatsu tanggal 24 bulan 7 kalender lama masih dalam rangka perayaan Obon sehingga disebut Jizōbon. Jizōbon umumnya tidak merayakan Jizō Bosatsu yang berada di dalam kuil Buddha, melainkan untuk Jizō Bosatsu di sudut-sudut jalan yang dipercaya sebagai dewa jalan (dōsojin) pelindung para pelancong dan penyelamat anak-anak dari setan neraka.
Jizōbon adalah festival yang ditujukan kepada anak-anak, dan dimeriahkan dengan pembagian kantong berisi permen dan makanan ringan, acara permainan, atau penarikan undian. Perayaan dilakukan di kuil kecil berisi rupang batu Jizō yang diberi persembahan bunga dan permen. Ada pula perayaan yang disertai dengan Bon Odori. Bagi anak-anak, perayaan Jizōbon adalah acara terakhir bagi mereka sebelum berakhirnya libur musim panas pada akhir Agustus.
Jizōbon adalah perayaan yang berasal dari Kyoto dan sangat populer pada zaman Muromachi. Hingga kini, Jizōbon populer sebagai tradisi zaman kuno di daerah Kansai (Prefektur Shiga, Prefektur Kyoto, Prefektur Osaka). Walaupun perayaan ini juga dikenal di daerahHokuriku, Niigata, dan Shinshū (terutama Nagano dan sekitarnya), Jizōbon jarang dirayakan di daerah Tokai dan Kanto.
Sejak Siddharta Gautama masuk nirwana hingga kedatangan maitreya di dunia, Jizō Bosatsu (Ksitigarbha) hadir untuk menyelamatkan semua makhluk dalam enam alam kehidupan: alam naraka (jigoku-dō), alam preta (gaki-dō), alam binatang (chikusho-dō), alam asura(shura-dō), alam manusia (ningen-do), dan alam dewa (ten-dō). Setelah zaman Heian, kepercayaan tentang Jizō semakin meluas setelah mengalami sinkretisme dengan Amitabha. Jizō Bosatsu dipercaya sebagai dewa jalan (dōsojin) pelindung para pelancong dan dewa pelindung yang menyelamatkan anak-anak dari setan neraka. Anak-anak yang meninggal dunia mendahului orang tua dipercaya akan ditolong Jizō Bosatsu di Sungai Sanzu. Oleh karena itu, anak-anak berdoa untuk memohon perlindungan di depan rupang Jizō. Di depan rupang Jizō, biksu juga membacakan sutra yang dimaksudkan untuk menolong semua anak-anak.
Setiap bulannya pada hari peringatan Jizō Bosatsu, rupang Jizō Bosatsu di permukiman penduduk dimandikan oleh penduduk setempat. Jizō Bosatsu mendapat penggantian celemek dengan celemek baru yang bersih. Hiasan bunga diganti dengan baru danlampion (lentera kertas) dipasang, serta diberi persembahan makanan dan minuman.
Sepanjang dua hari perayaan, lampion-lampion dipasang di jalan-jalan menuju tempat perayaan. Di Kyoto, para orang tua yang baru saja memiliki bayi, memiliki tradisi menyumbangkan lampion bertuliskan nama bayi yang baru dilahirkan. Lampion untuk bayi perempuan berwarna merah, dan lampion berwarna biru untuk bayi laki-laki. Hingga anak tersebut ikut dalam perayaan Jizōbon, setiap tahunnya lampion tersebut harus dipasang.
Di daerah Kansai terdapat upacara juzu mawashi (memutar juzu). Anak-anak dari permukiman setempat duduk melingkar memegang untaian panjang butir manik-manik berukuran besar (diameter juzu sekitar 2-3 meter) untuk dioperkan ke anak yangduduk di sebelahnya bersamaan dengan sutra yang dibacakan biksu. Anak-anak di Kobe memiliki tradisi berziarah ke berbagai rupang Jizō di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka mendapatkan hadiah makanan ringan sebagai ucapan selamat datang dari penduduk yang tinggal berdekatan dengan rupang Jizō tersebut.
Ennichi (縁日?) adalah hari-hari peringatan atau hari-hari istimewa di Jepang yang ada hubungannya dengan agama Buddha atauShinto, misalnya hari kelahiran dewa atau kami, hari penampakan, atau hari permohonan. Perayaan dan upacara pada ennichidipercaya mendatangkan berkah istimewa dibandingkan hari-hari lain. Pengunjung kuil yang berdoa dipercaya mendapat pertolongan melebihi hari-hari lain karena hari tersebut dipercaya memiliki pertalian (en) khusus dengan dewa atau kami.
Hari-hari peringatan yang utama adalah hari-hari awal tahun yang semuanya diawali dengan kata hatsu, misalnya Hatsutenjin (25 Januari), Hatsukannon (18 Januari), Hatsufudō (28 Januari). Hari peringatan yang berhubungan dengan siklus enam puluh tahunan, misalnya Hatsuuma (初午?) (hari Sapi pertama bulan Februari) dan Hatsumi (初巳?) (hari Ular pertama awal tahun). Pada akhir tahun,ennichi diawali dengan kata osame (akhir) atau shimai (habis).
Para pedagang mengantisipasi kedatangan pengunjung kuil dengan membuka kios makanan, minuman, dan permainan di sekitar kuil. Orang-orang yang tidak bermaksud datang ke kuil untuk berdoa dapat ikut berkumpul menikmati jajanan dan suasana keramaian.
§  Suitengū: setiap bulan tanggal 5 (di beberapa tempat: setiap bulan tanggal 1, 5, dan 15)
§  Yakushi Nyorai: setiap bulan tanggal 8
§  Kompira: setiap bulan tanggal 10
§  Kokūzō Bosatsu: setiap bulan tanggal 13
§  Nichiren Shōnin: setiap bulan tanggal 13
§  Amida Nyorai: setiap bulan tanggal 15
§  Enma: setiap bulan tanggal 16
§  Kangiten: setiap bulan tanggal 16
§  Senjukannon: setiap bulan tanggal 17
§  Kanzeon Bosatsu: setiap bulan tanggal 18
§  Kōbō Daishi: setiap bulan tanggal 21
§  Hachimanjin: setiap bulan tanggal 23
§  Jizō Bosatsu: setiap bulan tanggal 24
§  Atago Gongen: setiap bulan tanggal 24
§  Tenjin: setiap bulan tanggal 25 (Tenjinmatsuri)
§  Fudō Myōō: setiap bulan tanggal 28
§  Myōken Bosatsu: setiap bulan tanggal 1 dan 15
§  Kishimojin: setiap bulan tanggal 8, 18 dan 28
§  Inari: hari Sapi
§  Marishiten: hari Babi Hutan
§  Bishamonten: Hari Harimau pertama bulan Januari, Mei, dan September
§  Daikokuten: hari Kinoene
§  Benzaiten: hari Tsuchinotomi


Bōnenkai (忘年会?) adalah pesta akhir tahun di Jepang yang diadakan untuk melupakan semua kesukaran dan kerja keras pada tahun itu. Pesta ini sama sekali tidak memiliki makna religiusdan tidak memiliki standar tata cara pelaksanaan, namun sudah menjadi salah satu tradisi khas Jepang
Acara serupa bōnenkai juga terdapat dalam kebudayaan Asia Timur seperti di Taiwan, Republik Rakyat Cina, dan Korea Selatan. Berbeda dari pesta perayaan Natal dalam kebudayaan Barat, bōnenkai adalah acara yang sama sekali tidak berhubungan dengan agama. Dalam bahasa Inggris pesta ini kadang-kadang diterjemahkan sebagai Year End Party, Forget Year Party, atau tidak diterjemahkan sama sekali dan tetap ditulis sebagai Bounenkai. Pesta ini dapat dikatakan sudah menjadi tradisi unik Jepang.
Tidak ada ketentuan khusus tentang waktu dan tempat pesta ini dilangsungkan, tapi biasanya dilangsungkan pada bulan Desember. Bōnenkai dapat saja dilangsungkan sebagai bentuk pesta tutup tahun sebuah perusahaan hingga pesta kumpul-kumpul akhir tahun antarteman atau antarsanak keluarga.
Asal mula tradisi bōnenkai tidak diketahui secara jelas, namun diperkirakan berasal dari berbagai jenis acara kumpul-kumpul yang dilakukan pada akhir tahun oleh berbagai kelompok dan kalangan.
Kata toshiwasure (melupakan tahun) pertama kali dipakai oleh Pangeran Fushiminomiya Sadafusa asal zaman Muromachi dalam buku harian berjudul Kanmon Nikki. Pada entri tanggal 21 bulan 12 tahun 1439, ia menulis tentang pesta para pujangga renka yang begitu meriah sehingga bagaikan acara kumpul-kumpul melupakan tahun. Oleh karena itu diperkirakan, istilah toshiwasure sudah dikenal sejak masa itu sebagai pesta minum sake dan menari-nari.
Pada zaman Edo, pesta akhir tahun dikenal oleh kalangan samurai yang mengadakannya untuk melupakan kepenatan pada tahun itu.
Sejak zaman Meiji, bōnenkai berubah menjadi layaknya sebuah matsuri. Dalam acara bōnenkai juga dikenal istilah bureikō (無礼講?). Bila atasan memerintahkan bureikō, maka karyawan yang sehari-harinya harus hormat atasan diizinkan untuk santai dan bertingkah laku semaunya.
Perusahaan yang ingin mengadakan bōnenkai biasanya sudah memperhitungkan banyak hal sebelum merencanakan pesta tersebut. Salah satu di antaranya adalah memastikan semua karyawan dan pihak manajemen mau menghadiri pesta. Pihak perusahaan juga mencoba menekan biaya bōnenkai agar tidak melebihi 5.000 yen per orang, sehingga tidak ada karyawan yang tidak datang karena terlalu mahal.


Hadaka matsuri (裸祭り Indonesia:festival telanjang?) adalah sebutan untuk berbagaimatsuri di Jepang dengan peserta sejumlah ujiko laki-laki dewasa yang berpakaian sangat minim. Peserta umumnya mengenakan fundoshi (cawat khas Jepang). Namun, kadangkala baju happi juga dikenakan, dan jarang sekali tampil tanpa busana. Ciri khas ritual adalah saling dorong-mendorong antarkelompok peserta.
Walaupun tidak memakai nama hadaka matsuri, di Jepang terdapat sejumlah matsuri yang kegiatannya mirip dengan hadaka matsuri. Hadaka matsuri yang dikenal luas di Jepang misalnya:
§  Sominsai, kota ŌshūPrefektur Iwate.
§  Hadaka Matsuri, YanaizuPrefektur Fukushima
§  Gion Matsuri, Kuil SugaNarita, ChibaPrefektur Chiba
Hadaka matsuri diadakan untuk mendoakan hasil panen yang melimpah di musim panen yang akan datang. Ketika belum diciptakannya mesin-mesin pertanian, orang Jepang zaman dulu hanya mengandalkan tenaga manusia untuk bercocok tanam. Matsuri ini dipakai untuk mempertunjukkan kesehatan laki-laki untuk bekerja di lahan pertanian, dan sekaligus dimanfaatkan penontonwanita untuk mencari pasangan hidup. Hadaka matsuri tidak dianggap vulgar karena diselenggarakan untuk tujuan ritual. Setiap tahunnya, berbagai hadaka matsuri diadakan di berbagai tempat di seluruh Jepang, terutama pada musim panas dan musim dingin.


Festival Kembang Api Sumidagawa (隅田川花火大会 Sumidagawa Hanabi Taikai?)adalah festival kembang api di tepian Sungai Sumida (sekitar Asakusa, Mukōjima), Tokyo,Jepang. Festival kembang api ini diselenggarakan setahun sekali setiap Sabtu minggu terakhir bulan Juli. Bersama Tokyo Bay Grand Fireworks Festival dan Festival Kembang Api Jingū Gaien, festival ini termasuk ke dalam tiga pesta kembang api terbesar di Tokyo. Festival kembang api ini pertama kali diselenggarakan pada 9 Juli 1733 (kalender lama) sebagai festival sungai Ryōgoku (Ryōgoku Kawabiraki) pada masa pemerintahan ShogunTokugawa Yoshimune dari Keshogunan Edo. Festival tersebut sekaligus diadakan sebagai Festival Suijin untuk mendoakan penduduk yang meninggal akibat epidemi kolera dankelaparan besar tahun 1732.[1] Ryōgoku adalah nama untuk kawasan tepian Sungai Sumidagawa sekarang. Pada waktu itu pesta kembang api ini masih berskala kecil. Kembang api yang diluncurkan hanya sekitar 20 buah. Pelaksana peluncuran kembang api waktu itu adalah pabrik kembang api Kagiya (鍵屋?). Percabangan keluarga Kagiya yang memakai nama Tamaya (玉屋?) mendirikan pabrik kembang api pada tahun 1810 (pendirinya bernama Seikichi Tamaya, kemudian disebut Ichibei Tamaya), sehingga ada dua pabrik kembang api yang waktu itu saling berlomba meluncurkan kembang api. Kagiya dan Tamaya saling bergantian meluncurkan kembang api dari dua tempat terpisah. Penonton yang datang untuk menonton bertindak sebagai juri, dan meneriakkan nama pembuatnya, Tamaya atau Kagiya, setiap kali mereka melihat kembang api yang bagus. Dari kompetisi dua pembuat kembang api inilah berawal tradisi orang Jepang yang dibesarkan di tengah pengaruh budaya Edo untuk meneriakkan nama "Ta-ma-ya..." atau "Ka-gi-ya..." setiap kali melihat kembang api yang bagus. Pada puncak kejayaannya, kembang api produksi Tamaya memiliki reputasi yang baik. Kekesalan pabrik kembang api Kagiya tercermin dari puisi senryū yang berbunyi, "Kagiya berkata, Tamaya dan lagi-lagi hanya Tamaya" (玉やだと又またぬかすわと鍵や云ひ"Tamaya dato mata mata nukasu wa to Kagiya ihi"?).Ada masanya penonton hanya mau meneriakkan Tamaya, dan tidak ada penonton yang meneriakkan nama Kagiya. Namun pada tahun 1843, terjadi kecelakaan di pabrik Tamaya sehingga terjadi kebakaran yang menghanguskan kawasan sekelilingnya. Pabrik kembang api Tamaya mendapat hukuman pengusiran dari Edo. Meskipun Tamaya hanya bertahan selama satu generasi, sejumlah dokumen menyebutkan pabrik ini bertahan sebagai pabrik skala kecil di pinggiran kota Edo.
Kembang api di festival sungai Ryōgoku beberapa kali tidak diselenggarakan akibat kekacauan yang menyertai Restorasi Meiji danPerang Dunia II. Festival ini juga tidak diselenggarakan dari tahun 1961 hingga 1977, antara lain akibat buruknya kondisi lalu lintas di Tokyo. Festival kembang api ini dihidupkan kembali pada tahun 1978 dengan nama Festival Kembang Api Sumidagawa. Setelah itu, festival ini diselenggarakan secara tidak terputus setiap tahunnya sejak tahun 1978.
Festival kembang api ini setiap tahunnya didatangi kira-kira satu juta orang penonton. Lokasi 1 pengumpulan massa berada antara Jembatan Sakurabashi ke arah hilir dan Jembatan Kototoibashi ke arah hulu. Lokasi 2 pengumpulan massa berada antara Jembatan Komagatabashi ke arah hilir dan Umayabashi ke arah hulu.  Dari kedua lokasi tersebut diluncurkan lebih dari 20.000 buah kembang api, sekaligus dilakukan kompetisi kembang api terbaik.
Pada tahun 2011 setelah terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami Sendai 2011, festival-festival kembang api di Tokyo secara berturut-turut dibatalkan. Namun Festival Kembang Api Sumidagawa tetap dilangsungkan, hanya saja tanggal penyelenggaraan diundur menjadi tanggal 27 Agustus 2011 sesuai keputusan Wakil Gubernur Tokyo Naoki Inose.[7] Sebagai akibatnya, Festival Samba Asakusatahun 2011 dibatalkan karena tanggal penyelenggaraannya bentrok dengan Festival Kembang Api Sumidagawa.
Pada tahun 2012, festival ini untuk pertama kalinya diselenggarakan setelah Tokyo Sky Tree selesai dibangun dan dibuka untuk umum. Total kembang api yang diluncurkan sebanyak 20.000 buah.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank you for visiting, may be useful, and remember comment and join my blog